Sabtu, 06 Maret 2010

Mushaf Warna (dari beberapa sumber)


Mushaf alquran dengan ketentuan tajwid yang dipermudah dengan menggunakan kode warna ini dilengkapi dengan penjelasan ketentuan-ketentuan tajwid dalam Bahasa Indonesia (huruf latin) yang mudah dipahami. Ketentuan tajwid yang digunakan adalah yang berdasarkan bacaan tajwid ala Qiraat ‘Ashim yang diriwayatkan oleh Imam Al-Hafs, yang merupakan cara baca yang paling banyak dipergunakan umat Islam di dunia, terutama di Indonesia, dari tujuh riwayat cara baca Qiraat Sab’ah.
Ketentuan tajwid yang dilampirkan dalam Alquranku meliputi: makhraj huruf hijaiyah, qalqalah, nun dan mim musyaddadah (tasydid), huruf lam, mim sukun, hukum nun mati/tanwin, huruf ra, mad, alif lam syamsiyah dan qamariyah, waqaf, dan ayat-ayat sajadah. Ketentuan tersebut diterjemahkan dalam beberapa kode blok warna, misalnya: Ikhfa berwarna biru, Qalqalah berwarna merah, Idgham bighunnah berwarna hijau, Iqlab berwarna ungu, dan seterusnya.
Dengan blok warna tersebut, pembaca dapat lebih memperhatikan tekanan, fonetik, irama, serta cara membaca alquran dengan semestinya. Hal inilah yang kadang diabaikan oleh para pembaca pemula dan yang kurang mengerti hukum bacaan alquran.
Blok warna yang digunakan sengaja dipilihkan warna-warna yang menyolok dengan tingkat kepadatan tinta yang tinggi dan menggunakan font khusus, ketebalan dan kerenggangan yang berbeda yang belum pernah ada di Indonesia, serta tidak mengganggu tulisan yang berwarna hitam.
Untuk menarik konsumen, bentuk dan ukuran Alquranku sengaja didesain sedemikian rupa agar enak dipandang, menggunakan kertas khusus supaya ringan, mudah dibawa, praktis dibuka dan jelas dibaca oleh semua kalangan. Cover Alquranku terbuat dari bahan pilihan dengan warna-warna pilihan menarik, dengan tulisan relief tinta emas.
Info Lengkap dapat dilihat di website penerbitnya : http://www.alquranku.com/produk.php


Lestari Books, Meraih Berkah dengan Alquran Tajwid Blok Warna

Berbisnis ternyata tak hanya menguntungkan secara dunia, tapi juga dapat menjadi sarana menuju surga. Tak percaya? Lihatlah apa yang dilakukan Lestari Books. Penerbit yang satu ini beralih dari ‘sekadar’ distributor buku-buku luar negeri biasa menjadi pencetak alquran tajwid dengan blok warna pertama di Indonesia. Kuncinya hanya satu, berusaha menebar manfaat sebanyak-banyaknya untuk umat.
Berawal dari Tiga Bersaudara
Siapa sangka, lampu lalulintas yang berwarna-warni dapat mengilhami tiga bersaudara yang telah lama bergelut di bidang penerbitan buku-buku Islam, Mr. Abdus Sami, Mr. Abdul Naeem, dan Mr. Abdul Moin dari India, untuk mengadopsikan simbol-simbol warna tersebut ke dalam alquran sebagai tuntunan dalam membacanya dengan benar dan baik. Setelah melalui proses pemikiran yang panjang, akhirnya pada 4 Januari 2002, karya inovatif ini dipublikasikan kepada umat Islam di seluruh dunia. Begitulah kemudian, alquran tajwid dengan blok warna tersebut mendunia hingga sampai ke Indonesia.
Di Indonesia, alquran tajwid dengan blok warna yang dilabeli sebagai produk “Alquranku” oleh pemegang lisensi, Lestari Books, mulai diresmikan untuk beredar setelah mendapatkan hak cipta dari Departemen Hukum dan HAM RI dengan nomor 026553 tertanggal 20 Oktober 2004. Sementara pengesahan dari Departemen Agama RI baru dapat direalisasikan setelah melalui serangkaian proses koreksi (pentashihan) yang panjang dan seksama serta disesuaikan dengan mushaf alquran standar Indonesia, baik dari segi tulisan maupun tanda-tandanya. Keputusan tersebut diperoleh pada tanggal 8 Desember 2005. Alquranku lalu diluncurkan bertepatan dengan kegiatan Musabaqah Tilawah Alquran (MTQ) Nasional ke XXI di kota Kendari, Sulawesi Tenggara pada tanggal 30 Juli 2006. Semenjak itu, Alquranku sudah mulai menarik minat umat Islam di Indonesia.
Inside the Product
Mushaf alquran dengan ketentuan tajwid yang dipermudah dengan menggunakan kode warna ini dilengkapi dengan penjelasan ketentuan-ketentuan tajwid dalam Bahasa Indonesia (huruf latin) yang mudah dipahami. Ketentuan tajwid yang digunakan adalah yang berdasarkan bacaan tajwid ala Qiraat ‘Ashim yang diriwayatkan oleh Imam Al-Hafs, yang merupakan cara baca yang paling banyak dipergunakan umat Islam di dunia, terutama di Indonesia, dari tujuh riwayat cara baca Qiraat Sab’ah.
Ketentuan tajwid yang dilampirkan dalam Alquranku meliputi: makhraj huruf hijaiyah, qalqalah, nun dan mim musyaddadah (tasydid), huruf lam, mim sukun, hukum nun mati/tanwin, huruf ra, mad, alif lam syamsiyah dan qamariyah, waqaf, dan ayat-ayat sajadah. Ketentuan tersebut diterjemahkan dalam beberapa kode blok warna, misalnya: Ikhfa berwarna biru, Qalqalah berwarna merah, Idgham bighunnah berwarna hijau, Iqlab berwarna ungu, dan seterusnya.
Dengan blok warna tersebut, pembaca dapat lebih memperhatikan tekanan, fonetik, irama, serta cara membaca alquran dengan semestinya. Hal inilah yang kadang diabaikan oleh para pembaca pemula dan yang kurang mengerti hukum bacaan alquran.
Blok warna yang digunakan sengaja dipilihkan warna-warna yang menyolok dengan tingkat kepadatan tinta yang tinggi dan menggunakan font khusus, ketebalan dan kerenggangan yang berbeda yang belum pernah ada di Indonesia, serta tidak mengganggu tulisan yang berwarna hitam.
Untuk menarik konsumen, bentuk dan ukuran Alquranku sengaja didesain sedemikian rupa agar enak dipandang, menggunakan kertas khusus supaya ringan, mudah dibawa, praktis dibuka dan jelas dibaca oleh semua kalangan. Cover Alquranku terbuat dari bahan pilihan dengan warna-warna pilihan menarik, dengan tulisan relief tinta emas.
Dalam proses produksi Alquranku, Lestari Books melibatkan berbagai pihak, seperti Perguruan Tinggi Ilmu Quran dan Departemen Agama.
Alquranku tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran. Hingga saat ini, telah ada lima produk Alquranku yang semuanya dilengkapi tajwid dengan blok warna, yaitu juz amma untuk anak-anak, alquran portabel dengan ukuran kecil, alquran terjemah tiga bahasa (Arab, latin, dan Indonesia), Alquran standar, dan Alquran terjemah.
Alquranku dapat pula dijadikan sebagai souvenir, mahar pernikahan, dan juga parsel. Terutama menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, permintaan Alquranku meningkat dan tak jarang dikemas menjadi parsel.
Distribusi dan Testimonial
Alquranku ternyata telah merambah ke berbagai daerah di Indonesia hingga ke pelosok tanah air. Dari sekolah, pondok pesantren, majelis taklim hingga perkantoran. Dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, hingga Papua. Sampai sekarang, tak kurang dari 40 agen besar yang tersebar di wilayah Indonesia telah membantu dalam pendistribusian Alquranku. Tak hanya orang dewasa yang tertarik dengan Alquranku, anak-anak pun terpikat dengan warna-warna yang ditonjolkan oleh Alquranku. Seperti dikisahkan oleh Ir. Linda, Public Relation Lestari Books, berikut ini:
“Pernah ketika pameran di Batam, ada anak kecil yang merengek ingin dibelikan Alquranku. Dia tidak mau beranjak sebelum ibunya membelikan alquran tersebut. Saya sendiri sempat terkejut. Subhanallah, anak itu sampai begitu terhadap produk kami.”
Rupanya, Alquranku juga dapat memicu anak-anak untuk belajar alquran sejak dini, bahkan tak jarang anak-anak yang bersemangat belajar alquran karena alqurannya menarik, berwarna-warni seperti Alquranku.
Tak hanya anak-anak yang memberikan testimoni terhadap Alquranku, beberapa ustadz dan publik figur pun merespon positif dengan diterbitkannya Alquranku. Seperti yang diujarkan Ustadz Restu yang dijuluki Ustadz Cinta, “Ide kreatif dan cerdas, semoga semakin banyak yang mencintai Alquran tajwid metode blok warna serta menerapkan 6M, yaitu: memiliki, membaca, memahami, menghafalkan, mengamalkan, dan mengajarkan.” Lain pula dengan Aa Gym, kyai kondang asal Bandung tersebut memberi testimoni dengan, “Alhamdulillah, saya sangat bersyukur dengan banyaknya inisiatif bagaimana Alquran menjadi sesuatu yang enak, menyenangkan untuk dibaca karena umat ini tidak akan pernah bisa bangkit sebelum mengenal, mencintai, membaca, mengamalkan, dan menyampaikan Alquran. Jadi, saya sangat mendukung, bersyukur dan berterima kasih atas upaya-upaya ini dan harus selalu ada evaluasi agar bisa menjadi lebih baik.
Dengan berbagai testimoni tersebut, tak heran, Lestari Books terus memantapkan hati untuk mengedarkan Alquranku ke berbagai daerah, termasuk negara tetangga. Sebut saja, Alquranku sudah beredar di Malaysia, Brunei, Singapura, bahkan Hongkong. “InsyaAllah ke depannya bisa se-Asia, minimal Asia Tenggara, doakan saja” ujar Linda.
Alhamdulillah, kendala yang dihadapi dalam hal pendistribusian tidak terlalu merintangi, justru kemudahan yang datang dari Allah. Antisipasi dalam menghadapi berbagai kendala adalah dengan sosialisasi ke berbagai media, majalah, internet, instansi, menyebarkan pamflet, dan juga berpartisipasi dalam pameran, bazaar, di dalam dan luar negeri.
Meski sudah sosialisasi, ternyata ada beberapa terbitan Alquran yang mirip dengan Alquranku yang beredar di pasaran. Dalam menyikapi hal tersebut, Lestari Books tak segan-segan untuk menyelesaikannya, termasuk lewat jalur hukum, tentunya setelah melalui proses konsolidasi. Hal ini penting karena terkait dengan hak cipta.
Ke depannya, Alquranku akan mewadahi berbagai keinginan masyarakat yang ingin mempelajari Alquran, misalnya, dalam Bahasa Inggris.
Bisnis yang Mengantarkan Hidayah
Alquranku tak hanya sebagai sarana rizki yang berlimpah, ternyata Alquranku juga sebagai sarana pengantar hidayah bagi pemilik perusahaan. D.B. Mirchandani, akrab disapa Pak Dani, pemilik Lestari Books dahulu banyak bergelut di bisnis garmen dan distributor buku-buku luar negeri, di antaranya buku-buku berbahasa Inggris dan anak-anak. Setelah ditawarkan untuk menerbitkan Alquran tajwid dengan blok warna, rupanya, hatinya juga bergetar untuk memeluk dan mempelajari Islam lebih jauh.
Keinginan untuk menebarkan manfaat bagi banyak orang sambil beribadah membuahkan keyakinan Pak Dani dan Lestari Books untuk menerbitkan dan mendistribusikan Alquranku, termasuk ketika pertama kali mendaftarkan Alquranku ke Departemen Agama untuk ditashihkan.
“Justru Pak Dani bilang, ‘sudah, yakin aja, ini kitab suci, semua orang pasti butuh, tinggal kita beri inovasi’ insyaAllah dapat memberi manfaat dan bernilai ibadah,” jelas Linda.
Alquranku juga membawa hikmah bagi Pak Dani dan karyawan Lestari Books beserta keluarganya, beliau selalu menekankan bahwa memasarkan Alquranku adalah termasuk berjihad karena banyak orang yang belum bisa membaca Alquran dan oleh karena itu, jihadnya adalah dengan memperkenalkan Alquran kepada orang banyak, mengajak orang untuk mengaji dengan baik dan benar.
Ada kebahagiaan yang didapat dari Allah dengan memasarkan Alquranku, termasuk keberkahan dalam keluarga. Itulah salah satu manfaat yang dirasakan oleh Pak Dani dan karyawannya.
Dengan tidak menjadikan Alquran sebagai bisnis semata, ternyata usaha menerbitkan dan memasarkan Alquran dapat membawa keberkahan, pahala, dan hidayah.


Standardisasi Mushaf Al-Qur'an Tajwid Warna Di Indonesia

Kamis, 29 September 2011 21:56 Fahrur Rozi
Description: CetakDescription: PDF
Saat ini penerbitan mushaf Al-Qur’an dengan berbagai variasi dan format mengalami perkembangan yang sangat pesat. Salah satu di antaranya adalah penerbitan mushaf Al-Qur’an dengan Tajwid Warna, yang mulai muncul pada sekitar tahun 2000-an, di Saudi, Damaskus, dan India. Sementara di Indonesia, Mushaf Tajwid Warna mulai dicetak dan beredar sekitar tahun 2005-an. Penerbit Al-Qur’an yang mula-mula menerbitkan Mushaf Tajwid Warna adalah Lautan Lestari dan Yayasan Jayabaya.
Pada awalnya, bacaan tajwid yang diwarnai hanya sekitar 7 bacaan, yaitu Gunnah, Qalqalah, Idgām Bigunnah, Iqlāb, Ikhfā`, Idgām Mimi, dan Ikhfā` Syafawi (mushaf model blok terbitan Lautan Lestari; dan mushaf model arsir dari Yayasan Jayabaya menambah 1 bacaan lagi dengan memasukkan bacaan Idgām Bilāgunnah). Adapun Warna Tajwid yang digunakan antara penerbit Lautan Lestari dan Jayabaya untuk setiap bacaan tajwid berbeda satu sama lain. (Lihat Tabel di bawah)
Dalam perkembangannya, Mushaf Tajwid Warna mengalami perkembangan yang cukup pesat, ditandai dengan banyaknya penerbit Al-Qur’an yang menerbitkannya dengan berbagai variasi, sistem pewarnaan tajwid, dan warna yang berbeda-beda. Munculnya perbedaan warna antara satu penerbit dengan lainnya terutama disebabkan oleh adanya kekhawatiran dalam hal hak cipta, dan karena tidak adanya pedoman standar.  Hal ini, pada gilirannya berdampak secara langsung kepada masyarakat pembaca, yaitu munculnya kebingungan dan kesulitan dalam membaca Mushaf Tajwid Warna.
Setidaknya, dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 telah muncul beberapa model pewarnaan tajwid, yaitu:
1.     Model Arsiran
Diterbitkan oleh Yayasan Jayabaya Jakarta (tashih Juni 2005). Al-Quran “Mushaf at-Tahir” ini memiliki 8 warna, yaitu bacaan Gunnah, Qalqalah, Idgām Bigunnah, Idgām Bilāgunnah, Iqlāb, Ikhfā`, Idgām Mimi, dan Ikhfā` Syafawi.
2.     Model Blok Diterbitkan oleh Lautan Lestari Jakarta (tashih Desember 2005). Al-Qur’an dengan blok warna ini hanya memiliki 7 warna, yang meliputi bacaan Gunnah, Qalqalah, Idgām Bigunnah, Iqlāb, Ikhfā`, Idgām Mimi, dan Ikhfā` Syafawi.
3.     Model Warna pada Harakat/Huruf Mushaf Al-Qur’an model warna pada huruf/harakat ini diterbitkan oleh beberapa penerbit, yaitu Mushaf ar-Rusydi oleh Cahaya Qur’an (tashih Agustus 2006), Syamil Al-Qur’an oleh Sygma (tashih September 2006),Pena Qur’an oleh Pena Pundi Aksara (tashih Juni 2007), Al-Qur’an Mushaf Tajwid oleh Diponegoro (tashih April 2009), Hilal Qur’an oleh Jabal Raudhotul Jannah (tashih Februari 2009). Masing-masing mushaf menggunakan warna dan variasi yang berbeda satu sama lain. Sementara bacaan tajwid yang diwarnai menjadi berkembang dari dua model sebelumnya, yang meliputi bacaan Mad, Ra’ Tafkhim, tanda-tanda waqaf, dan huruf-huruf yang tidak dilafalkan.
4.     Model 12 Warna dengan Blok Mushaf Tajwid model ini diterbitkan oleh Suara Agung, dengan tanda tashih Mei tahun 2008. Sesuai dengan namanya “Al-Qur’an Tajwid 12 Warna dan Terjemah”, Mushaf ini menggunakan 12 macam warna. Sementara hukum tajwid yang diwarnai meliputi 13 item bacaan.
Standardisasi Pewarnaan Tajwid
Berangkat dari fakta munculnya beragam model pewarnaan tajwid yang berbeda-beda dan dampak yang ditimbulkan bagi masyarakat pembaca, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an berinisiatif melakukan Standardisasi Pewarnaan Tajwid. Lajnah menyelenggarakan Lokakarya Tajwid Sistem Warna pada tanggal 27 s.d. 29 Oktober 2009, yang melibatkan para pakar dan ulama Al-Qur’an serta penerbit Al-Qur’an, yang menghasilkan rekomendasi agar Lajnah secepatnya menyusun Pedoman Tajwid Warna. Setelah kurang lebih satu tahun membahas perumusan sistem warna dan model pewarnaan, pada awal tahun 2011 buku Pedoman Tajwid Sistem Warna dapat diselesaikan dan disahkan.
Hal-hal yang diputuskan dan ditetapkan dalam buku Pedoman Tajwid Sistem Warna, antara lain meliputi:
A. Sistem pewarnaan dirumuskan menjadi empat kelompok:
1.     Kelompok hukum bacaan huruf, meliputi: idgam bilagunnah, idgam mutamasilain, idgam mutajanisain, idgam mutaqaribain, idgam bigunnah, idgam mimi, gunnah, iqlab, ikhfa', dan ikhfa' syafawi.
2.     Kelompok hukum bacaan panjang, meliputi: madd lazim dan madd farq, madd wajib muttasil, madd ja’iz munfasil, silah tawilah.
3.     Kelompok tanda waqaf, meliputi: waqaf lazim, al-waqfu aula, waqaf mu‘anaqah, waqaf ja’iz, al-waslu aula, dan la waqfa fih.
4.     Huruf yang tidak dilafalkan.
B. Warna yang digunakan adalah enam warna: Merah (C:0, M:100, Y:100, K:0), Magenta (C:0, M:100, Y:0, K:0), Biru (C:100, M:100, Y:0, K:0), Cyan (C:100, 
M:0, Y:0 K:0), Hijau (C:100, M:0, Y:100, K:0), Grey (C:0, M:0, Y:0, K:30).
Penerapannya dalam hukum-hukum tajwid disesuaikan dengan pengelompokan pada poin A di atas, yaitu:
1.     Kelompok hukum bacaan huruf: a. Warna magenta: idgam bigunnah, idgam mimi, dan gunnah; b. Warna merah: idgam bilagunnah, idgam mutama£ilain, idgam mutajanisain, idgam mutaqaribain; c. Warna cyan:iqlab; d. Warna hijau: ikhfa', dan ikhfa' syafawi; dan e. Warna biru: qalqalah.
2.     Kelompok hukum bacaan panjang: a. Warna magenta: madd lazim dan madd farqi; b. Warna cyan:madd wajib muttasil; dan c. Warna hijau: madd ja’iz munfasil dan madd silah tawilah.
3.     Kelompok tanda waqaf: a. Warna merah: waqaf lazim dan al-waqfu aula; b. Warna biru: waqaf mu‘anaqah dan waqaf ja’iz; dan c. Warna hijau: al-waslu aula dan la waqfa fih.
4.     Huruf yang tidak dilafalkan diberi warna grey.
C. Sistem pewarnaan pada tajwid warna bisa menggunakan salah satu dari tiga model:
1.     Model Akademik; adalah pola pewarnaan berdasarkan kaidah tajwid, yaitu pewarnaan pada huruf-huruf dan harakat yang menimbulkan sebuah hukum bacaan tajwid.
2.     Model Fonetik; adalah pola pewarnaan berdasarkan pelafalan, yaitu pewarnaan pada huruf dan harakat yang dilafalkan karena mengandung hukum tajwid.
3.     Model Praktis; adalah pola pewarnaan berdasarkan pada tanda baca yang menunjukkan hukum tajwid. 

Dengan telah disahkannya Pedoman Tajwid Sistem Warna ini, diharapkan seluruh penerbitan Mushaf Tajwid Warna di Indonesia dapat mengacu kepada pedoman tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

anda sopan, saya segan (✿◠‿◠)