Selasa, 08 Oktober 2013

Segenggam Garam

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung.

"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu? " sang Guru bertanya.


"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya, " jawab sang murid muda.
Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu." Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.


"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata Sang Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit." Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air

asin.
"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru. "Asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.
Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.
"Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau." Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa
asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan mursyid, begitu pikirnya.
"Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau.
Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya, "Bagaimana rasanya?"
"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana . Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.
"Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?"
"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.
"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. "Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai
untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah."
Si murid terdiam, mendengarkan.
"Tapi Nak, rasa `asin??? dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya qalbu (hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu
dalam dadamu itu jadi sebesar danau."




Rekomendasi :

 Ujian Indah
Menjaga Kesehatan Jiwa Raga
Waspadalah Bidadari Dunia, nikmat dunia fana hanya sementara
Pahami Nikmat yang Melimpah
Jadilah Bidadari Dunia yang Mulia
Jadilah Wanita Paling Bahagia di Dunia dan Akhirat
Menggapai Cinta Sang Maha Cinta
Didiklah Anak, dengan Fitrah dari Allah agar tidak Salah
Tanam Cintamu untuk Sang Maha Mulia dan Kekasih-Nya

pesan singkat
Kisah Cinta Rasul dan Khadijah
Aisyah yang Cerdas, yang Dicintai
Kabar Gembira tuk'mu Wanita Muslimah
Untuk yang tak Bertambat dan yang Tertambat
inti dari semuanya (Kembali Pada-Nya)
Belajar tuk Tenang
Sinar Mata Wanita
Waktumu begitu berharga
Tebarkan Aura Positifmu dengan hati
Jangan Mengeluh, Keluhanmu = Auratmu
Wanita kuat, Imam bijak...
Tausiyah Cinta No Khalwat Until Akad  
Seminar Kemuslimahan
Talkshow Kemuslimahan Nasional 

5 komentar:

anda sopan, saya segan (✿◠‿◠)