“Kalau kamu mati nanti,
tidak
akan ada kaum muslimin yang mau memandikan jenazahmu,
mensholatimu dan
menguburkan jenazahmu”, kata seorang istri pada suaminya
“Jangan takut, bila aku mati,
“Jangan takut, bila aku mati,
aku akan
disholati oleh Sultannya kaum muslimin,
para Ulama dan para Auliya”, jawab suaminya dengan tertawa...
Mungkin sobat/i pernah mendengar atau membaca cuplikan percakapan diatas?
Bagiku dunia ini memang sangat semu,
Bagiku dunia ini memang sangat semu,
cermin cembung dan cekung-pun tak dapat menggambarkannya...
selayaknya cerita yang kudapatkan beberapa menit yang lalu,
terdapat pembelajaran dalam setiap kisah,
setiap kali dibaca, akan terpikir pembelajaran baru,
meskipun setahun berlalu, jika kisah ini dibaca lagi,
tetap bisa dipastikan kita dapat mengambil pembelajaran baru...
Sepenggal Kisah Dibawah Langit Turki
Di dalam buku hariannya Sultan Murad IV mengisahkan, bahwa suatu malam dia merasakan keresahan yang sangat dalam, ia ingin tahu apa penyebabnya. Maka ia memanggil kepala pengawalnya dan memberitahu apa yang dirasakannya.
Sultan berkata kepada kepada kepala pengawal: “Mari kita keluar sejenak.
Di antara kebiasaan sang Sultan adalah melakukan tabiat di malam hari dengan cara menyamar.
Mereka pun pergi, hingga tibalah mereka disebuah lorong yang sempit. Tiba-tiba, mereka menemukan seorang laki-laki terdampar di atas tanah. Sang Sultan menggerak-gerakkan lelaki itu, ternyata ia telah meninggal. Namun orang-orang yang lalu lalang di sekitarnya tak sedikitpun mempedulikannya.
Sultanpun memanggil mereka, mereka tak menyadari kalau orang tersebut adalah Sultan. Mereka bertanya: “Apa yang kau inginkan?.
Sultan menjawab: “Mengapa orang ini meninggal tapi tidak ada satu pun diantara kalian yang mau mengangkat jenazahnya? Siapa dia? Dimana keluarganya?”
Mereka berkata: “Orang ini Zindiq, suka minum minuman keras dan berzina”.
Sultan menjawap: “Tapi, bukankah ia termasuk umat Muhammad shallallahu alaihi wasallam? Ayo angkat jenazahnya, kita bawa ke rumahnya”.
Mereka pun membawa jenazah laki-laki itu ke rumahnya.
Melihat suaminya meninggal, sang istripun pun menangis. Orang-orang yang membawa jenazahnya langsung pergi, tinggallah sang Sultan dan kepala pengawalnya.
Dalam tangisnya sang istri berucap: "Semoga Allah merahmatimu wahai wali Allah. Aku bersaksi bahwa engkau termasuk orang yang sholeh”
Mendengar ucapan itu Sultan Murad terkejut.. Bagaimana mungkin dia termasuk wali Allah sementara orang-orang mengatakan tentang dia begini dan begitu, sampai-sampai mereka tidak peduli dengan kematiannya”.
Sang istri menjawab:
“Sudah kuduga pasti akan begini. Setiap malam suamiku keluar rumah pergi ke kedai minuman keras, dia membeli minuman keras dari para penjual sejauh yang ia mampu. Kemudian minuman-minuman itu di bawa ke rumah lalu ditumpahkannya ke dalam toilet, sambil berkata: “Aku telah meringankan dosa kaum muslimin”.
Dia juga selalu pergi menemui para pelacur, memberi mereka wang dan berkata: “Malam ini kalian sudah dalam bayaranku, jadi tutup pintu rumahmu sampai pagi”.
Kemudian ia pulang ke rumah, dan berkata kepadaku: “Alhamdulillah, malam ini aku telah meringankan dosa para pelacur itu dan pemuda-pemuda Islam”.
Orang-orangpun hanya menyaksikan bahwa ia selalu membeli khamar dan menemui pelacur, lalu mereka menuduhnya dengan berbagai tuduhan dan menjadikannya buah bibir.
Suatu kali aku pernah berkata kepada suamiku: “Kalau kamu mati nanti, tidak akan ada kaum muslimin yang mau memandikan jenazahmu, mensholatimu dan menguburkan jenazahmu”.
Ia hanya tertawa, dan berkata: “Jangan takut, bila aku mati, aku akan disholati oleh Sultannya kaum muslimin, para Ulama dan para Auliya”.
Maka, Sultan Murad pun menangis, dan berkata: “Benar! Demi Allah, akulah Sultan Murad, dan besok pagi kita akan memandikannya, mensholatkannya dan menguburkannya..”.
Demikianlah, akhirnya urusan penyelenggaraan jenazah laki-laki itu dihadiri oleh Sultan, para ulama, para masyaikh dan seluruh masyarakat.
(Kisah ini diceritakan kembali oleh Syaikh Al Musnid Hamid Akram Al Bukhory dari Mudzakkiraat Sultan Murad IV)
Wallahu a’lam
Catatan:
Jangan suka menilai orang lain dari sisi lahiriahnya saja. Atau menilainya berdasarkan ucapan orang lain. Terlalu banyak yang tidak kita ketahui. Apalagi soal yang tersimpan di tepian paling jauh di hatinya. Kedepankan prasangka baik terhadap saudaramu. Boleh jadi orang yang selama ini kita anggap sebagai penduduk Jahannam, ternyata penghuni Firdaus yang masih melangkah di bumi. Ingat, di antara hal yang paling banyak membuat orang diseret masuk ke dalam neraka adalah karena ulah lisannya.
Walloohua'laam bishowwab
Semoga bermanfaat
Rekomendasi :
8. Tentang Dosa
12. Ujian Indah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
anda sopan, saya segan (✿◠‿◠)