Kamis, 05 Mei 2016

JILID 1 BAB Beratnya Maut Dan Kengeriannya | Kitab Tanbighul Ghofilin

Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dri Anas bin malik r.a berkata : Rasulullah s.a.w bersabda (yang artinya) :

Siapa yang suka bertemu Allah, maka Allah suka menerimanya dan siapa yang tidak suka bertemu Allah, Allah juga tidak suka menerimanya.

Karena seorang mu’min bila dalam sakaratil maut, mendapat kabar gembira bahwa ia diridhai Allah dan akan mendapat sorga, maka ia lebih suka segera mati, dari pada hidup, maka Allah menyambutnya dengan limpahan karunia rahmatnya, sebaliknya orang kafir ketika melihat siksa Allah yang akan diterimanya, ia menangis dan enggan (tidak suka) mati dan Allah juga menjauhkannya dari rahmat dan akan menyiksanya.
Sufyan Atstsauri berkata : Hadits ini tidak berarti bahwa kesukaan mereka untuk bertemu kepada Allah itu yang menyebabkan Allah kasih kepada mereka, bahkan berarti kesukaan mereka untuk bertemu kepada Allah karena Allah kasih kepada mereka. Sebagaimana ayat : Yuhibbuhum wayuhibbunahu, Allah kasih kepada mereka, maka mereka cinta kepada Allah juga di dalam hadits : Idza ahabballahu abdan syagholahu bihi (jika Allah kasih kepada seorang hamba, maka disibukkan dengan dzikir dan selalu ingat kepadanya)



Ketika Rasulullah menyatakan bahwa siapa yang tidak suka bertemu Allah maka Allah tidak suka bertemu kepadanya, sahabat berkata : Ya Rasulullah kita semua tidak suka mati, Jawab Nabi s.a.w :
Bukan itu, tetapi seorang mu’min bila akan mati datang malaikat yang membawa khabar gembira kepadanya apa yang di janjikan Allah kepadanya, sehingga ia suka dan senang akan bertemu kepada Allah, sebaliknya orang kafir jika akan mati datang malaikat yang mengancamnya dengan siksa Allah, yang akan dihadapinya sehingga ia tidak suka bertemu kepada Allah
Abul-Laits dengan sanadnya dari jabir r.a berkata : Nabi s.a.w bersabda yang artinya :

Kami boleh bercerita tentang bani isra’il dan tidak ada dosa, karena pada mereka telah terjadi berita-berita yang aneh-aneh (ganjil-ganjil)
Kemudian Nabi s.a.w menceritakan :
Terjadi serombongan Bani Isra’il keluar sehingga sampai di pekuburan, lalu mereka berkata : Andaikata kita sembahyang di sini kemudian berdo’a kepada Tuhan supaya keluar salah seorang yang telah mati di sini lalu menerangkan kepada kami bagaimana soal mati, maka sembahyanglah mereka kemudian berdo’a, tiba-tiba ada orang telah menonjolkan kepalanya dari kuburan berupa hitam, lalu bertanya : Hai kaum apakah maksudmu, demi Allah saya telah mati sejak sembilan puluh tahun, maka hingga kini belum juga hilang rasa pedihnya mati, karena itu berdo’alah kamu kepada Allah untuk mengembalikan aku sebagaimana tadi, padahal orang itu di antara kedua matanya ada tanda bekas sujud
Abul-Laits berkata : siapa yang yakin akan mati maka seharusnya bersiap sedia menghadapinya dengan melakukan amal salih dan meninggalkan amal kejahatan (dosa), sebab ia tidak mengetahui bilakah datangnya mati itu kepadanya, sedang Nabi s.a.w telah menerangkan pada umatnya supaya mereka benar-benar bersiap-siap untuk menghadapinya dan supaya mereka sanggup sabar dan tabah menghadapi penderitaan dunia, sebab penderitaan dunia itu termasuk siksa dunia, sedang siksa dunia ini jauh lebih ringan di banding dengan siksa akhirat, sedang maut termasuk siksa akhirat
Abdullah bin Miswar Al-Hasyimi berkata : seorang datang kepada Nabi s.a.w dan berkata : saya datang kepadamu supaya kau ajarkan kepadaku ilmu-ilmu yang ganjil. Ditanya oleh Nabi s.a.w :
Kau telah berbuat apa terhadap pokok ilmu? Dia bertanya : Apakah pokok ilmu? Nabi s.a.w bertanya : Apakah kau telah mengenal Tuhan Azzawajalla? Jawabnya : ya. Maka apakah yang telah kau kerjakan pada hakNYA? Jawabnya : apa yang dikehendaki oleh Allah. Lalu di tanya : Apakah kau mengetahui apakah maut?Jawabnya : ya Maka apakah persiapanmu untuk menghadapinya? Jawabnya : Masya Allah (ya’ni apa yang dapat di kerjakan) Nabi s.aw bersabda : Laksanakan itu sebenar-benarnya, kemudian kamu kembali untuk saya ajarkan kepadamu ilmu yang ganjil-ganjil. Kemudian setelah beberapa tahun ia datang kembali maka Nabi s.a.w bersabda kepadanya : Letakkan tanganmu di dadamu (di hatimu), maka apa yang kau tidak suka untuk dirimu, jangan kau lakukan terhadap saudaramu sesama muslim, dan yang kau suka untuk dirimu, lakukanlah yang sedemikian terhadap saudaramu sesama muslim. Dan ini termasuk dari ghoroibul ilmi (ilmu yang ganjil-ganjil)
Maka Nabi s.a.w menjelaskan bahwa persiapan untuk maut itu termasuk pokok dari ilmu, karena itu harus di utamakan sebelum lain-lainnya
Abdullah bin Miswar Alhasyimi berkata : Rasulullah s.a.w membaca ayat (yang artinya) :
Maka siapa yang dikehendaki mendapat hidayat, dilapangkan dadanya untuk menerima islam, dan siapa yang dikehendaki oleh Allah kesesatan maka menjadikan dadanya sempit sukar, bagaikan akan naik ke langit.
Kemudian Nabi s.a.w bersabda : Nur islam jika masuk ke dalam hati maka lapanglah dada, lalu ditanya : apakah ada tandanya? Jawabnya : ya, menjauh dari tempat-tempat tipuan dan condong pada tempat yang kekal dan bersiap-siap menghadapi maut sebelum tibanya
Ja’far bin Barqaan dari Maimun bin Mahran berkata : Nabi s.a.w ketika menasihati seorang bersabda :
Pergunakanlah lima sebelum tibanya lima. Mudamu sebelum tuamu, dan sehatmu sebelum sakit, dan longgarmu sebelum sibuk, dan kayamu sebelum kekurangan (miskin), dan hidupmu sebelum mati
Dalam pelajaran ini Nabi s.a.w telah menghimpun ilmu yang banyak, sebab seseorang dewasa akan dapat berbuat apa yang tidak dapat dilakukan sesudah tua, dan pemuda jika biasa berbuat dosa, sukar baginya menghentikanya jika telah tua, maka seharusnya seorang pemuda membiasakan diri berbuat baik di masa muda supaya ringan baginya melakukanya bila telah tua. Demikian pula ketika sehat sebelum sakit, seharusnya masa sehat itu di gunakan untuk lebih rajin berbuat anak salih, sebab jika telah sakit pasti akan lemah badannya dan kurang kekuasaan dalam mempergunakan harta kekayaanya. Demikian di masa luang sebelum sibuk, karena itu hendaklah shalat malam dan suara siang terutama di musim dingin sebagaimana sabda Nabi s.a.w :



Musim dingin itu keuntungan bagi seorang mumin, panjang malamnya maka di gunakan untuk shalat dan pendek siangnya maka di gunakan puasa

Dalam lain riwayat : Malam itu panjang maka jangan kau singkat dengan tidurmu, dan siang itu terang jangan kau gelapkan dengan dosa-dosamu.
Ada peribahasa Persia yang artinya : jika kau masih kecil bermain bersama anak kecil dan bila telah remaja lupa karena banyaknya hiburan, lalu bila telah tua lemah dan tidak kuat, maka bilakah akan beramal untuk Allah ta’ala, sebab bila telah mati tidak akan dapat berbuat apa-apa bahkan semua amal perbuatan telah terhenti. Karena itu harus kau gunakan benar-benar masa hidup untuk segala sesuatu yang akan membawa keselamatan dunia akhirat, dan bersiap-siap menghadapi maut yang sewaktu-waktu akan tiba kepadamu.
Ali bin Abi Thalib r.a berkata : Nabi s.a.w melihat malakul maut di dekat kepala seorang sahabat anshar, maka Nabi s.a.w berkata kepadanya : kasihanilah sahabatku karena ia seorang mu’min. Jawab malakul maut : Terimalah kabar baik hai Muhammad, bahwa saya terhadap tiap mu’min sangat bekas kasih, demi Allah ya Muhammad saya mencabut ruh seorang anak Adam, maka bila ada orang menjerit dari keluarganya, saya katakan : Mengapa menjepit, demi Allah kami tidak berbuat aniaya dan tidak mendahului ajalnya, maka kami tidak ada salah dalam mencabut ruhnya, maka bila kamu rela dengan hukum Allah kamu mendapat pahala, dan jika kamu murka dan mengeluh kamu berdosa, dan kamu tidak usah mencela kami, sebab masih akan kembali maka berhati-hatilah kamu. Dan tiada penduduk rumah batu atau bambu, kain bulu di dapat atau laut melainkan saya perhatikan wajahnya tiap kali lima kali, sehingga mengenal mereka lebih dari diri mereka sendiri, demi Allah ya Muhammad andaikan saya akan mencabut ruh nyamuk tiada dapat kecuali bila mendapat perintah dari Allah untuk mencabutnya.
Abu Said Alkhudri r.a berkata : Nabi s.a.x melihat orang-orang tertawa maka bersabda yang artinya :
Andaikan kamu banyak ingat mati yang menghapus semua kelezatan, niscaya kamu tidak sempat sedemikian, Kemudian Nabi s.a.w bersabda : banyak-banyaklah kamu mengingat maut yang menghapus segala kelezatan. Kemudian Nabi s.a.w bersabda : sesungguhnya kubur itu adakalanya sebgai kebun dari kebun sorga, atau salah satu jurang neraka.
Umar r.a berkata kepada ka’ab : Terangkan kepada kami tentang maut. Ka’ab berkata :
Maut itu bagaikan pohon duri dimasukkan ke dalam tubuh anak Adam, maka tiap duri berkait dengan urat, lalu dicabut oleh seorang kuat sehingga dapat memutuskan apa yang terputus, dan meninggalkan apa yang masih tertinggal
.
Sufyan Atstsauri jika ingat mati, maka ia tidak dapat berbuat apa-apa sampai beberapa hari, bahkan jika ditanya masalah hanya menjawab : Tidak tahu
Tiga macam yang tidak layak dilupakan oleh seorang yang sehat akalnya : Rusaknya dunia dan perubahanya, maut, dan kerusakan apa yang ada di dunia, yang tidak dapat di elakkan.
Hatim Al-Asham berkata :
Empat macam yang tidak dapat menilai dan merasakannya kecuali empat : Harga kepemudaan tidak diketahui kecuali oleh orang yang telah tua. Harga kesehatan tidak diketahui benar kecuali oleh orang yang terkena bala’. Harga dan nilai hidup tidak diketahui benar kecuali oleh orang yang telah mati

Abdullah bin Amr bin Al-Ash berkata : Ayahku sering berkata : Saya heran pada orang yang sehat akal dan lidahnya, ketika di hinggapi maut mengapa tidak suka menerangkan sifat maut itu. Kemudian ia dalam sakaratul maut itu sedang masih sadar akalnya. Saya berkata kepadanya : Ayah, kau dahulu heran terhadap orang yang sehat akal dan lidahnya mengapa tidak menceritakan tentang hal maut? Jawab Amr : Anakku, maut itu sangat ngeri dan dahsyat, tidak dapat di sifatkan, tetapi saya akan menerangkan sedikit padamu : Demi Allah ia bagaikan bukit radhwa di atas bahuku, sedang ruhku seakan-akan keluar dari lubang jarum, sedang dalam tubuhku seolah-olah ada pohon duri, sedang langit seakan telah rapat dengan bumi sedang saya ditengahnya. Hai putraku, sebenarnya aku telah mengalami tiga masa : Pertama saya kafir dan berusaha benar untuk membunuh Nabi Muhammad, maka alangkah celaka diriku sekiranya mati pada saat itu. Kedua, kemudian aku mendapat hidayat sehingga masuk Islam dan sangat cinta pada Nabi Muhammad sehingga saya selalu diangkat sebagai pimpinan pasukan yang di kirimnya, maka alangkah bahagianya sekiranya saya mati ketika itu, niscaya saya akan mendapat doa restu Rasulullah s.a.w. Kemudian ketiga : kami sibuk dengan urusan dunia, karena itu saya tidak mengetahui bagaimana keadaanku di sisi Allah. Abdullah berkata : Maka saya belum bangun dari tempatnya sehingga mati saat itu. Rahimahullah
Syaqiq bin Ibrahim berkata : orang-orang sependapat dengan aku dalam empat macam, tetapi perbuatan mereka berlawanan.
1. Mereka mengaku sebagai hamba Allah, tetapi berbuat seperti orang yang merdeka bebas
2. Mereka mengakui Allah menjamin rizqi, tetapi hati tidak tenang bila tidak ada kekayaan di tangan mereka.
3. Mereka berkata akhirat lebih baik dari dunia, tetapi mereka hanya mengumpulkan harta untuk dunia semata
4. Mereka mengaku pasti akan mati, tapi berbuat seperti orang yang tidak akan mati
Abud-Dardaa’ atau Salman Alfarisi atau Abu Dzar r.a berkata : tiga macam mengagumkan saya sehingga aku tertawa, dan tiga yang menyedihkan aku hingga aku menangis, adapun yang menertawakan aku :
1. Orang yang panjang angan hidup padahal ia dikejar maut, dan sama sekali tidak memikirkan mati.
2. Orang yang lupa terhadap maut padahal maut tidak lupa padanya
3. Orang yang tertawa padahal ia belum mengetahui apakah Allah ridha padanya atau murka
Adapun yang membuat aku menangis :

1. Berpisah dengan sahabat-sahabat Nabi Muhammad
2. Memikirkan dahsyatnya maut bila tiba saatnya
3. Memikirkan kelak bila berhadapan kepada Allah, akan di perintahkan ke mana aku ini, apakah surga atau neraka.
Rasulullah s.a.w bersabda :

Andaikan binatang-binatang itu mengetahui tentang mati sebagaimana yang kamu ketahui niscaya kamu tidak dapat makan daging binatang yang gemuk selamanya

Abu Hamid Allafaf berkata : Siapa yang sering ingat mati, maka di mulyakan dengan tiga macam : Segera bertaubat, dan terima terhadap rizqi (tidak tamak). Dan tangkas beribadat. Sedang yang selalu lupa akan mati, terkena akibat tiga macam : menunda-nunda taubat, tamat dalam rizqi, dan malas beribadat
Nabi Isa a.s biasa menghidupkan orang mati, maka ditegur oleh orang kafir : “Kau hanya dapat menghidupkan orang yang baru mati, kemungkinan belum mati benar orang itu, maka coba hidupkan orang yang dahulu-dahulu itu !” Nabi Isa a.s berkata : “Kamu pilih sendiri siapa yang kamu minta saya hidupkan.” mereka berkata : “Hidupkan Sam bin Nuh a.s” maka Nabi Isa pergi ke kuburnya dan di sana sembahyang dua saka’at dan berdoa kepada Allah, maka Allah menghidupkan Sam bin Nuh sedang rambut kepala dan jenggotnya telah putih, maka ditanya : “Mengapa kamu berubah padahal waktu itu belum ada uban?” jawabnya : “ketika saya mendengar panggilan untuk keluar saya kira hari qiyamat karena itu rambutku langsung berubah menjadi putih karena ketakutan,” lalu di tanya “berapa lama kamu mati ?” jawab Sam : “sejak empat ribu tahun dan belum hilang para sedihnya maut”
Tiada seorang mu’min mati melainkan ditawarkan kepadanya kembali hidup di dunia, tetapi ia menolak karena beratnya sakaratul maut, kecuali orang yang mati syahid, mereka tetap ingin hidup kembali ke dunia untuk berperang dan mati syahid lagi, sebab mereka tidak merasakan sakitnya sakaratul maut, juga karena merasakan kebesaran kehormatan orang yang mati syahid di sisi Allah.
Ibrahim bin Ad’ham ketika di tanya : “mengapa kau tidak mengajar ?” jawabnya : “saya masih sibuk empat macam, bila selesai urusan empat itu saya dapat mengajar” ditanya : “Apakah yang empat itu?” Jawabnya :
1. Saya sedang memikirkan yaumul mitsaq ketika Allah menentukan anak Adam : Mereka ini untuk surga, dan mereka ini untuk neraka, saya tidak mengetahui termasuk golongan yang mana saya ini
2. Saya memikirkan kejadian manusia ketika di perut ibunya ketika akan di besi ruh dan malaikat disuruh mencatat untung atau celaka, sayapun tidak mengetahui dari golongan manakah saya ini
3. Nanti malakul maut datang padaku lalu bertanya kepada Tuhan : “Apakah ruh orang ini di golongkan orang muslimin atau bersama orang kafir, sayapun belum mengetahui bagaimana jawab Allah kepada malaikat itu”
4. Saya berfikir tentang ayat “wam tazul yauma ayyuhal mujrimun” Saya belum mengetahui dalam golongan manakah saya ini.
Abul-Laits berkata : “Sungguh untung orang yang diberi Allah pengertian dan disadarkan dari kelalaian dan di pimpin sehingga berfikir bagaimana akhirnya bila mati. Semoga Allah menjadikan penghabisan umur kami dalam kebaikan, serta mendapat kabar gembira, sebab orang mu’min pasti mendapat kabar gembira ketika mati, yaitu dalam ayat” :



Sesungguhnya orang-orang beriman percaya benar kepada Allah dan Rasulullah, kemudian istiqamah dalam menunaikan kewajiban dan meninggalkan larangan istiqamah dalam kata dan perbuatanya memikuti benar sunnatul Rasul, maka akan datang kepadanya malaikat menyampaikan kabar gembira : Kamu jangan takut dan jangan susah, dan bergembiralah kamu akan mendapat surga yang di janjikan kepadamu.

Sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah s.a.w, Kabar gembira itu lima bentuk :
1. Untuk awam mu’minin diberitahu : jangan takut, kamu tidak akan kekal dalam neraka, bahkan kamu tetap akan mendapat syafa’at para Nabi-Nabi dan orang salihin, dan jangan sedih atau berduka atas kekurangan pahala, dan kamu pasti masuk surga.
2. Untuk orang yang ikhlas : kamu jangan kuatir, karena amalmu telah diterima, dan jangan sedih terhadap kurangnya pahala, karena lot pasti mendapat pahala berlipat ganda
3. Untuk orang yang taubat : Kamu jangan kuatir terhadap dosa-dosamu, maka semua sudah di ampuni, dan jangan sedih terhadap pahala, pasti kamu dapatkan atas amalmu sesudah taubat.
4. Untuk orang sahid, kamu jangan kuatir mahsyar atau hisab, dan jangan berduka sebab tidak akan di kurangi pahalamu yang berlipat ganda itu, dan terimalah kabar gembira bahwa kamu akan masuk surga tanpa hisab
5. Untuk ulama yang mengajarkan kebaikan pada manusia, kamu jangan takut dari dahsyat hari qiyamat, dan jangan berduka sebab Allah membalas amalmu dengan surga, juga orang-orang yang mengikuti jejakmu
Dan sungguh untung orang yang mendapat berita gembira pada ketika matinya, sebab berita gembira hanya untuk orang mu’min yang baik amal perbuatannya maka turunlah malaikat kepadanya lalu bertanya : “siapakah kamu, kami tidak melihat muka yang lebih elok dari kamu dan yang lebih harum dari baumu?” jawab malaikat : “Kami dahulu kawanmu yang mencatat amalmu ketika di dunia, dan kami juga menjadi kawanmu di akhirat”
Maka seharusnya bagi orang yang berakal, sadar dari kelalaiannya, dan tanda kesadaran itu ada empat :
1. Mengatur urusan dunia dengan tenang dan merasa masih banyak waktu
2. Memperhatikan urusan akhirat dengan cermat dan sungguh karena merasa waktunya mendesak dan tidak dapat di tunda.
3. Mengatur urusan agama dengan rajin-rajin mencari ilmunya
4. Bergaul dengan sesama makhluk dengan saling nasihat dan sabar
Dan yang paling utama ialah orang yang mempunyai lima sifat :
1. Tekun beribadah kepada Tuhan
2. Sangat berguna terhadap sesama manusia
3. Semua orang merasa aman dari gangguanya
4. Tidak iri terhadap hal orang lain
5. Selalu bersiap untuk menghadapi maut.
Ketahuilah bahwa kami dijadikan untuk mati, dan tidak dapat lari darinya, seperti firman Allah yang artinya :


Engkau akan mati dan mereka juga akan mati
Dan firman Allah yang lain :
Katakanlah : Tidak akan berguna bagimu lari menghindari maut, Jika kamu lari dari mati atau perang. Karena demikian keadaanya maka kewajiban seorang muslim harus siap-siap benar untuk maut sebelum tibanya
Kemudian di lain ayat disebutkan yang artinya :


Inginkanlah mati jika kamu benar-benar dalam imanmu

Dan mereka tidak akan ingin mati karena mengetahui amal kejahatan dirinya

Dalam kedua ayat ini nyata Allah menjelaskan bahwa seorang yang benar-benar iman dan ikhlas kepada Allah tidak gentar akan mati, bahkan rindu kepada mati untuk segera bertemu kepada Tuhannya, sebaliknya orang munafik ia akan lari dari maut karena merasa amal perbuatannya sangat jelek
Abud-Dardaa’ r.a berkata : “Saya pula kepada kemiskinan karena itu sebagai tawadhu’ merendah diri kepada Tuhanku, dan aku pula penyakit sebab itu sebagai penebus dosa, dan saya pula kepada mati, karena rindu kepada Tuhanku”
Abdullah bin Mas’ud r.a berkata : “Tiada seorang yang hidup, melainkan mati itu lebih baik baginya, jika ia baik, maka firman Allah : Wama indallahi khoirun lil abrar (Apa yang disediakan oleh Allah lebih baik bagi orang yang bakti taat), dan bila ia durhaka, maka firman Allah : Inamma numli lahum liyazdudu itsma walahum adzabun muhim (sesungguhnya Kami membiarkan mereka supaya bertambah dosa, dan untuk mereka tersedia siksa yang sangat hina)”
Anas r.a berkata : Nabi s.a.w bersabda :
Almautu rahitul mu’min(Mati itu bagaikan kendaraan seorang mu’min)
Ibn Mas’ud berkata : Nabi s.a.w ditanya :
Siapakah mu’min yang utama? Jawab Nabi s.a.w : yang terbaik budi akhlaknya. Dan mu’min yang manakah yang terkaya? Jawab Nabi s.a.w : Yang banyak ingat mati, dan baik persediannya
Nabi s.a.w bersabda :
Orang yang sempurna akal ialah yang selalu mengoreksi dirinya dan beramal untuk bekal sesudah mati. Sedang orang yang bodoh ialah yang selalu menurutkan hawa nafsunya, dan mengharap pengampunan Allah (yakni tanpa amal)


  1. WAJIB BACA! KENAPA MUDAH MARAH 
  2. SABAR VS MARAH
  3. SEDIKIT TIPS CARA MENGENDALIKAN EMOSI (MARAH) DENGAN RELAKSASI  



  4. Rekomendasi :  
    1. Motivasi (✿◠‿◠)

27. Renungan untuk Kebiasaan Buruk 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

anda sopan, saya segan (✿◠‿◠)