Sang guru mengalami sakit parah. Para pengikutnya merasa amat sedih kalau-kalau mereka kehilangan sang guru yang mereka kagumi.
Suatu hari sang guru memanggil mereka semua dan memberikan kata-katanya yang terakhir di saat menjelang kematiannya. Ia mengatakan bahwa bagi kebanyakan orang, kematian merupakan tragedi yang menyakitkan, namun sebaliknya kematian justru seharusnya merupakan hari sukacita untuk dirayakan.
Para muridnya dengan rasa heran bertanya; "Ketika orang yang kita cintai meninggal dunia dan kita tak akan pernah lagi mampu melihatnya, mengapa justru harus dirayakan?"
"Ketika seseorang telah menyelesaikan jalan yang harus dilampauinya, telah menyelesaikan segala yang harus dipelajarinya selama hidup ini, bukankah ia harus diwisuda? Dan bukankah saat wisuda merupakan saat yang membahagiakan?" Demikian kata sang guru.
Setelah berdiam sejenak ia melanjutkan; "Ketika seorang anak dilahirkan semua orang bergembira ria. Dan ketika seseorang meninggal semua diliputi ratap dan tangis. Pada hal seharusnya sebaliknya. Janganlah berpesta ria bila sebuah kapal akan meninggalkan pelabuhan, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi sepanjang perjalanan kapal tersebut di tengah laut lepas. Tetapi berpestalah bila kapal itu telah kembali ke pelabuhan, karena ia telah melewati semua aral dan rintangan di laut lepas."
Rekomendasi
- Wortel, Telur dan Kopi
- Mati Kedinginan
- Berhentilah Mengeluh
- Musibah atau Berkah
- Sepuluh Pengganjal Kebahagiaan Anda
- Tuhan Takdir dan Setan
- Saringan Tiga Kali
- Mengendalikan Amarah
- Memulai Kebajikan Walaupun Kecil
- Katak dan Siput
- Jangan Sombong
- Obat Penawar Derita
- Bersyukurlah
- Kisah Seorang Gadis Buta
- Arti Sebuah Kesempurnaan
- Ketika Aku Tua
- Nilai Kehidupan
- Kata-kata Mutiara Bijak Untuk Memotivasi Diri
- Garam
- A Piece Of Cake
- Rahasia Umur Manusia
- Dan Inipun Akan Berlalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
anda sopan, saya segan (✿◠‿◠)