- Waktu kehilangan keledai, dia mencari kesana-kemari. Dia tanyai setiap orang sehingga ada yang bertanya balik "Memangnya, kamu simpan dimana, sih, keledai itu?""Saya simpan tepat di bawah awan itu," kata Nasrudin sambil menunjuk sebuah gumpalan awan di langit.
Mendengar jawaban itu, kamu pasti bilang kalau Nasrudin itu stupid.
Kan, awan itu terus bergerak, mana mungkin bisa jadi patokan.
Ehk...please!, lihat deh, diri kamu. Kita juga sering kok, bikin kesalahan mirip dengan akting Nasrudin.
Ehk...please!, lihat deh, diri kamu. Kita juga sering kok, bikin kesalahan mirip dengan akting Nasrudin.
Kita sering menjadikan gadget kita, keluarga kita sebagai patokan harga diri kita. Kita jadi sombong karena kita punya bapak perwira. Kita jadi angkuh karena punya motor baru. Padahal, bapak kita bakal meninggal. Motor kita suatu hari bakal rusak sehingga nggak layak lagi jadi kebanggan. Ya mirip sama awan yang terus bergerak, nggak bisa jadi patokan kita. Nah kalau sudah seperti itu bagaimana?
siapa yang lebih stupid, Nasrudin atau kita?
siapa yang lebih stupid, Nasrudin atau kita?
Cara Nasrudin menunjukan kesalahan orang lain benar-benar canggih. Dia nggak membentikkan jarinya sambil menghardik, "Yang kamu lakukan itu salah!". Nggak...., Dia nggak kayak gitu. Dia rela pura-pura tolol untuk membuat kamu sadar bahwa kamu melakukan kesalahan.
Cara yang halus banget, Mulanya kita dibuat tertawa, selanjutnya kita sadar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
anda sopan, saya segan (✿◠‿◠)