Pesan Singkat (sangat singkat) = Praktis = . . . .

Saya  ambil judul yang mungkin sulit dipahami, tentang sebuah pesan singkat . . .
semuanya pasti tahu pesan singkat itu apa, 

tapi dalam pengetikannya juga tidak sesingkat itu juga
. . .
Sampai-sampai harus ngetik aku = 'a', 'q', atau 'w', iya = 'y', tidak = 'g' (mending banget kalo diketik 'nggak' atau 'gak').
dimaksud singkat itu langsung keintinya, tanpa banyak basa-basi.
 

Tulisan ini tidak membahas ilmu Abreviasi*,

hanya ingin mencerita sedikit tentang pesan singkat dan kesetiaan.
diawali dengan ceramah sarasehan rutin setiap Selasa Legen  2 1/2 tahun lalu dikampus . . ., disertai guyon serta suara yang renyah dosen undangan dari Fakultas Ekonomi mengatakan :
"sapa sing neng kene pacare nulis sms nganggo singkatan? perlu digatekake kuwi, soale kuwi salah sijine pratandha anane rasa ketidak setiaan . . . "
 

. . . saya pikir-pikir, pastinya itu ada benarnya . . .

bukankah orang sepuh itu memiliki pengalaman lebih banyak daripada saya.
sejak saat itu saya belajar sabar ngetik perhuruf menghindari singkatan . . .
saya juga tidak lupa membagi ajaran ini pada teman dekat saya sendiri . . .
ini bukan sebuah aturan baru, ini sebuah komitmen atau mungkin hanya sebuah usaha untuk belajar bersabar dalam komitmen.
Kita menghindari penggunaan singkatan saat berkomunikasi dengan pesan singkat.

Saya akan mengungkapkan sedikit manfaat berkomitmen menulis pesan singkat tanpa singkatan dalam pergaulan, terutama pergaulan dengan teman dekat, berikut ini manfaatnya (menurut saya ^_^) . . .

1. Menjaga diri tetap bersabar dalam menekan tuts huruf, apalagi bila menggunakan handphone biasa, tapi teman dekatku lebih memilih memakai handphone seperti itu karena bisa ngetik tanpa melihat tutsnya (tetap mempertahankan keutuhan kata tentunya).
   Saya berbeda dengannya, saya lebih suka memakai handphone dengan tuts qwerty, saya sadar itu karena saya kurang sabar untuk ngetik maka dari itu saya berusaha untuk tetap berkomitmen . . .
    
2. Teman dekat, atau mungkin bisa disebut dengan 'calon pendamping'. Yaitu manusia biasa yang punya sifat penyayang dan bisa bosan . . .
   anggap saja seperti ini, kalaupun dia sayang, apakah dia tak mau berkorban sedikit waktu untuk melengkapi teks ketikannya menjadi bacaan yang nyaman dibaca oleh orang yang ia sayang. Kalau kata saya sich "menyempurnakan teks dengan hanya menekan saja tidak sabar, apalagi menyempurnakan lubang-lubang dihati?" hehehe . . .
    
3. Komunikasi yang baik itu sangat penting.
   Pernah berfikir penerima pesan sedang 'lola'? atau galau? atau apa aja deh, pokoknya tentang suatu rasa yang 'tidak mau mikir'. . .
   usahakan jangan bebani mereka dengan singkatan pada pesan singkat.
   Miskomunikasi bisa terjadi karena singkatan.
    
4. Tulisan yang benar itu merupakan sikap sopan, menghargai, dan menyenangkan penerima pesan.
   Bayangkan saja rasanya bila kita sudah panjang lebar memberi perhatian, akan tetapi hanya mendapatkan balasan huruf besar 'Y'.
   Perhatian kita cuma dibalas 'satu pencetan tuts . . .'
   Serasa sudah tidak berguna lagi . . . , sedih . . .
    
5. Akan tercipta komunikasi yang baik, dan menyenangkan. Mengetik pesan dengan benar ini tidak hanya menghindari kesalahpahaman,  tapi juga melatih diri untuk bersabar, memudahkan proses saling memahami, dan menyenangkan hati orang lain...
   
    

Cobalah, rasakan apa yang menjadikanmu egois dengan memudahkan diri (menyingkat kata).
Meski hanya sebuah hal yang sepele . . .

Bisa belajar komitmen dengan hal sepele ini . . .

*Abreviasi merupakan salah satu prosede yang ada dalam bidang kajian morfologis. Abreviasi diartikan sebagai proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata. Istilah lain untuk abreviasi ialah pemendekan, sedang hasil prosesnya disebut kependekan (Harimurti Kridalaksana, 1989: 159). Secara umum, pemendekan kata dapat dibedakan menjadi empat, yaitu pemenggalan, akronim, kontraksi, dan penyingkatan.